Tujuan Pendidikan Karakter
Dengan semakin morosotnya karakter bangsa yang salah satunya diseababkan
oleh globalisasi, menuntut semua pihak agar membentengi dirinya sendiri
dengan pendidikan, yang tak lain dan yang utama ialah pendidikan
karakter.
Tujuan Pendidikan Karakter - Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman
nilai dalam diri siswa dan pembaruan tata kehidupan bersama yang lebih
menghargai kebebasan individu. Tujuan jangka panjangnya tidak lain
adalah mendasarkna diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas
impuls natural sosial yang diterimanya, yang padagilirannya semakin
mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri
secara terus-menerus.Tujuan jangka panjang ini merupakan pendekatan
dialektis yang semakin mendekatkan dengan kenyataa yang idea, melalui
proses refleksi dan interaksi secara terus menerus antara idealisme,
pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara
objektif.
Pendidikan Karakter juga bertujuan meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang sesuai dengan standar kompetensi kelulusan. Melalui pendidikan
karakter, diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuaannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter, pada tingkatan institusi, mengarah pada pembentukan
budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua
warga sekolah masyarakat sekitar. Budaya sekolah merupakan ciri khas,
karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Tujuan mulia pendidikan karakter ini akan berdampak langsung pada
prestasi anak didik. Menurut Suyanto, ada beberapa penelitian yang
menjelaskan dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik.
Sebuah bukuu yang berjudul Emotional Intelligence and School Succes (Joseph Zink dkk., 2001) mengkompilasikan
berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi
anak terhadap keberhasilan di sekolah. DIkatakan bahwa ada sederet
faktor-faktor penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor risiko
yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi
pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama,
kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan
berkomunikasi.
Hal itu sesuai sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang
keberhasilan seseorang di masyarakat. Menurutnya 80% keberhasilan
seseorang di masyarakat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20%
ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah
dalam kecerdasan emosinya akan mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan
tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah
dapat dilihat sejak usia prasekolah, dan jika tidak ditangani akan
terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya, para remaja yang berkarakter
akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja
seperti tawuran, narkoba, miras, seks bebas dan lain sebagainya.
Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak
pendidikan dasar di antaranya adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan
Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa
implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis
berdampak positif pada pencapaian akademis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar