Dalam
penjelasannya Lickona menulis:
“Schools committed to character development look at
themselves through a character lens to assess how virtually everything that
goes on in school affects the character of students. A comprehensive approach
uses all aspects of schooling as opportunities for character development. This
includes the formal academic curriculum and extracurricular activities, as well
as what is sometimes called the hidden or informal curriculum (e.g., how school
procedures reflect core values, how adults model good character, how the
instructional process respects students, how student diversity is addressed,
and how the discipline policy encourages student reflection and growth)”.
Douglas P Superka dengan lebih
detail memberikan 5 pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan nilai dan
karakter. Pendekatan tersebut adalah pendekatan penanaman nilai (inculcation
approach), pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral
development approach), pendekatan analisis nilai (values analysis
approach), pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach),
dan pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).
11.
Pendekatan
Penanaman Nilai (Inculcation Approach)
Pendekatan penanaman nilai (inculcation
approach) merupakan pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman
nilai-nilai sosial dalam peserta didik.Tujuan dari pendekatan penanaman nilai
adalah untuk menanamkan nilai-nilai tertentu yang diinginkan.Menurut pendekatan
ini, nilai-nilai dipandang sebagai standar atau aturan perilaku yang bersumber
dari masyarakat dan budaya. Menilai dianggap sebagai identifikasi proses dan
sosialisasi dimana seseorang, kadang-kadang secara tidak sadar, mengambil
standar atau norma-norma dari orang, kelompok, atau masyarakat lain dan
menggabungkan mereka ke dalam sistem nilai sendiri.
Dalam pandangan ini tugas pendidikan
nilai adalah untuk menanamkan nilai-nilai sehingga orang harus menempatkan
dirinya secara efisien sesuai peran yang ditentukan oleh masyarakat.Lebih
lanjut, pendekatan penanaman nilai ini sering diasumsikan sebagai pendekatan
negatif.Namun pendekatan ini seringkali digunakan oleh banyak kalangan,
termasuk di dalamnya kaum agamawan.
Sebagai contoh dari pendekatan ini,
Superka mengemukakan seorang guru, misalnya, mungkin bereaksi sangat mendalam
dan keras terhadap seorang mahasiswa yang baru saja mengucapkan hinaan yang
bersifat rasial kepada siswa lain di kelas.
Hal ini bisa menjadi salah satu
contoh bentuk pendidikan singkat tapi emosional pada kejahatan rasisme atau
ekspresi sederhana kekecewaan dalam perilaku siswa. Bagaimanapun, guru dalam
posisi ini sedang melakukan apa yang disebut dengan menanamkan. Mungkin ini
karena ia percaya bahwa nilai-nilai abadi martabat manusia dan menghormati
individu sangat penting untuk kelangsungan hidup masyarakat demokratis. Hal ini
mencerminkan keyakinan luas bahwa, dalam rangka untuk memastikan kelangsungan
budaya, nilai-nilai dasar tertentu harus ditanamkan dalam anggotanya.
Metode yang sering digunakan dalam
proses pembelajaran menurut pendekatan ini antara lain: keteladanan, penguatan
positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.
Dari beberapa metode-metode di atas,
menurut Superka, yang sering digunakan dan efektif adalah metode penguatan.
Proses ini mungkin melibatkan penguatan positif, seperti guru memuji siswa
untuk berperilaku sesuai dengan nilai tertentu. sedangkan penguatan negatif,
dapat dilakukan guru dengan, misalnya, menghukum siswa yang berperilaku bertentangan
dengan nilai tertentu yang diinginkan. Dalam banyak hal penguatan seringkali
hanya tersenyum atau, cemberut akan cenderung memperkuat nilai-nilai tertentu.
Namun penguatan tetap diterapkan secara sadar dan sistematis.
Metode lain yang dapat digunakan
adalah metode teladan, yang dalam bahasa Superka disebut dengan metode
modeling, di mana orang tertentu dijadikan model nilai-nilai yang diinginkan
dimana guru mengaharapkan agar siswa dapat mengadopsi
nilai-nilai tersebut.
Namun demikian, sebagai sebuah
pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan penanaman nilai memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:
Kelebihan
Pendekatan Penanaman Nilai
a.
pendekatan
ini digunakan secara meluas dalam berbagai masyarakat.
b.
Para
penganut agama memiliki kecenderungan yang kuat untuk menggunakan
pendekatan ini dalam pelaksanaan program-program pendidikan agama.
Kekurangan
Pendekatan Penanaman Nilai
a. Pendekatan ini dipandang
indoktrinatif, tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi.
b. Pendekatan ini dinilai mengabaikan
hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas.
22.
Pendekatan
Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive Moral Development Approach)
Pendekatan ini seringkali disebut
dengan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan
penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya.Pendekatan
ini merupakan upaya untuk merangsang siswa untuk mengembangkan pola penalaran
moral yang lebih kompleks melalui tahap berturut-turut dan berurutan.
Tahap berurutan disini dimkasudkan sebagai tahapan perkembangan tingkat
berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari tingkat rendah menuju tingkatan
yang lebih tinggi.
Pendekatan perkembangan moral
kognitif ini didasarkan pada teori perkembangan moral. Di dalam teori yang
dikemukakan oleh Kolhberg, bahwasanya perkembangan kognitif manusia terbagi
menjadi tiga tingkat, yaitu:
a. Tingkat pra-konvensional
Pada
tingkat ini aturan berisi ukuran moral yang dibuat berdasarkan otoritas.Anak
tidak melanggar aturan moral karena takut ancaman atau hukuman dari otoritas.
Tingkat
ini dibagi menjadi dua tahap.Pertama, tahap orientasi terhadap kepatuhan
dan hukuman.Pada tahap ini anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan itu
ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus
menurut, atau kalau tidak, akan mendapat hukuman. Kedua, tahap
relativistik hedonisme. Pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung
pada aturan yang berada di luar dirinya yang ditentukan orang lainyang memiliki
otoritas. Anak mulai sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi yang
bergantung pada kebutuhan (relativisme) dan kesenangan seseorang (hedonisme).
b. Tingkat konvensional
Pada
tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama agar diterima dalam
kelompoknya.Sikap diartikan tidak hanya sebatas kesesuaian dengan tatanan
sosial, tetapi juga kesetiaan.Akibatnya individu secara aktif mempertahankan,
mendukung dan dan mengidentifikasikan diri dengan orang atau kelompok di
dalamnya.
Tingkat
ini juga terdiri dari dua tahap.Pertama, tahap orientasi mengenai
anak yang baik. Pada tahap ini anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan
yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain atau masyarakat.
Sesuatu dikatakan baik dan benar apabila sikap dan perilakunya dapat diterima
orang lain atau masyarakat. Kedua, tahap mempertahan-kan norma sosial
dan otoritas. Pada tahap ini anak menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan
hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakat sekitarnya, tetapi juga
bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan dan norma/nilai sosial yang ada
sebagai kewajiban dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan aturan yang ada.
c. Tingkat post-konvensional
Pada
tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. Pada
tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk mencapai definisi pribadi akan
nilai-nilai moral untuk menentukan prinsip-prinsip yang memiliki validitas dan
aplikasi terpisah dari otoritas kelompok dan terpisah dari identifikasi
individu sendiri dengan kelompok.
Tingkat
ini juga terdiri dari dua tahap. Pertama, tahap orientasi
terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada tahap ini ada
hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan
masyarakat.Seseorang mentaati aturan sebagai kewajiban dan tanggung jawab
dirinya dalam menjaga keserasian hidup bermasyarakat.Kedua, tahap
universal. Pada tahap ini selain ada norma pribadi yang bersifat subjektif, ada
juga norma etik (baik/buruk, benar/salah) yang bersifat universal sebagai
sumber menentukan sesuatu perbuatan yang berhubungan dengan moralitas.
Pendekatan
perkembangan kognitif sekilas dapat digunakan dalam proses pendidikan di
sekolah, karena pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek perkembangan
kemampuan berpikir. Karena itu, pendekatan ini memberikan perhatian sepenuhnya
kepada isu moral dan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pertentangan
nilai tertentu dalam masyarakat dengan memperhatikan tingkat dan tahapan yang
telah disebutkan.Penggunaannya dapat menghidupkan suasana kelas.
Metode
yang dapat digunakan dalam pendekatan perkembangan kognitif ini adalah dengan
menyajikan nilai cerita faktual yang kemudian dibahas dalam kelompok-kelompok
kecil.Melalui bacaan singkat atau film, siswa disajikan dengan cerita yang
melibatkan satu atau lebih karakter yang dihadapkan pada dilema moral.
Siswa diminta untuk menyatakan apa yang harus dilakukan oleh orang dalam cerita
tersebut dan dengan memberikan alasan untuk jawaban tersebut, dan kemudian
mendiskusikannya dengan orang lain. Penelitian Kohlberg menunjukkan bahwa
mengekspos siswa untuk tingkat yang lebih tinggi dari penalaran melalui diskusi
kelompok merangsang mereka untuk mencapai tahap berikutnya dari perkembangan
moral.
Teori
Kohlberg dinilai paling konsisten dengan teori ilmiah, peka untuk
membedakan kemampuan dalam membuat pertimbangan moral, mendukung
perkembangan moral, dan melebihi berbagai teori lain yang berdasarkan kepada
hasil penelitian empiris.
Menurut
Galbraith dan Jones terdapat tiga variabel penting di dalam diskusi kelompok
berkaitan dengan permasalahan moral agar berjalan efektif, dan dengan demikian,
terdapat peningkatan perkembangan moral pada siswa. Tiga variabel tersebut
adalah:
1)
Cerita
yang menyajikan konflik nyata pada seorang yang menjadi tokoh utama, termasuk
sejumlah isu moral yang perlu dipertimbangkan, dan isu/permasalahan yang
menghasilkan perbedaan pendapat antara siswa tentang respon yang tepat untuk
situasi-situasi tersebut.
2)
Seorang
pemimpin yang dapat membantu untuk memfokuskan pembahasan pada penalaran moral.
Namun demikian, sebagai sebuah
pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan perkembangan moral kognitif
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara
lain:
Kelebihan
Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif
a. Pendekatan perkembangan kognitif
mudah digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, karena pendekatan ini
memberikan penekanan pada aspek perkembangan kemampuan berpikir.
b. Karena pendekatan
ini memberikan perhatian sepenuhnya kepada isu moral dan
penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pertentangan nilai tertentu
dalam masyarakat, penggunaan pendekatan ini menjadi menarik.
c. Penggunaannya dapat
menghidupkan suasana kelas.
Kekurangan Pendekatan Perkembangan
Moral Kognitif
a. pendekatan ini menampilkan bias
budaya barat. Antara lain sangat menjunjung tinggi kebebasan pribadi yang
berdasarkan filsafat liberal.
b. pendekatan ini juga
tidak mementingkan kriteria benar salah untuk suatu perbuatan.
Yang dipentingkan adalah alasan yang dikemukakan atau
pertimbangan moralnya.
33.
Pendekatan
Analisis Nilai (Values Analysis Approach)
Pendekatan analisis nilai (values
analysis approach) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan peserta
didik untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan
dengan nilai- nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan
kognitif, salah satu perbedaan diantara keduanya adalah pendekatan analisis
nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai
sosial.Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilema
moral yang bersifat perseorangan.
Berbeda
dengan pendekatan perkembangan moral, analisis nilai berkonsentrasi terutama
pada isu-isu nilai sosial daripada dilema moral pribadi. Karena
itu, pendekatan analisis lebih memberikan pemahaman pada aspek nilai-nilai
moral yang dapat diterapkan pada kehidupan sosial.
Ada dua tujuan utama pendidikan
moral menurut pendekatan ini.Pertama, membantu
siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam
menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral
tertentu.Kedua, membantu siswa untuk
menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam
menghubung-hubungkan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka.
Dasar filosofis pendekatan analisis
adalah perpaduan dari pandangan rasionalis dan empiris dari sifat manusia.
Menilai adalah proses kognitif menentukan dan membenarkan fakta-fakta.. Dengan
demikian, proses valuing dapat dan seharusnya dilakukan berdasarkan fakta dan
alasan, dan yang pertimbangan bukan berasal dari hati nurani, melainkan dengan
aturan dan prosedur logika.
Metode yang paling sering digunakan
dalam pendekatan analisis untuk menilai sebuah tindakan adalah metode belajar
kelompok berdasarkan masalah dan isu-isu nilai sosial, studi kepustakaan dan
penelitian lapangan, dan diskusi kelas rasional. Tahapan operasi intelektual
yang sering digunakan dalam analisis nilai meliputi menyatakan masalah,
mempertanyakan dan menguatkan dalam relevansi laporan, menerapkan kasus yang
sama untuk memenuhi syarat dan memperbaiki posisi nilai, menunjukkan
inkonsistensi logis dan empiris dalam argumen, dan pengujian bukti.
Namun demikian, sebagai sebuah
pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan analisis nilai memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:
Kelebihan
Pendekatan Analisis Nilai
a. Mudah diaplikasikan dalam ruang
kelas, karena penekanannya pada pengembangan kemampuan kognitif.
b. Pendekatan ini
menawarkan langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaan proses pembelajaran moral.
Kekurangan
Pendekatan Analisis Nilai
a. Menurut Superka, dkk. (1976),
pendekatan ini sangat menekankan aspek kognitif, dan sebaliknya
mengabaikan aspek afektif serta perilaku.
c. Menurut Ryan dan Lickona (1987),
pendekatan ini sama dengan pendekatan perkembangan kognitif dan pendekatan
klarifikasi nilai, sangat berat memberi penekanan pada proses, kurang
mementingkan isi nilai.
44.
Pendekatan
Klarifikasi Nilai (Values Clarification Approach)
Pendekatan klarifikasi nilai (values
clarification approach) memberi penekanan pada usaha untuk membantu peserta
didik dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, serta meningkatkan
kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri dengan cara berpikir secara
rasional dan juga menggunakan kesadaran emosional secara bersama-sama.
Adapun tujuan pendidikan nilai
menurut pendekatan ini ada tiga, yaitu: Pertama, membantu peserta didik
untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta
nilai-nilai orang lain. Kedua, membantu peserta didik agar mereka mampu
berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan
nilai-nilai yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupannya sendiri.Ketiga,
membantu peserta didik, agar mereka mampu menggunakan secara bersama-sama
kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan,
nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri.
Jadi, pendekatan klasifikasi nilai
bisa memberikan wawasan yang lebih objektif bagi peserta didik dalam menjalani
kehidupan sosialnya sesuai dengan nilai- nilai moral yang berlaku untuk
membentuk karakternya.
Pendekatan klarifikasi merupakan
pendekatan yang lebih kompleks dari pendekatan pendidikan nilai-nilai lain
sehingga terkadang menggunakan berbagai metode.Metode ini meliputi small group
discussion dan large group discussion, kerja individu dan kelompok,
mendengarkan lagu dan karya seni, permainan dan simulasi, serta jurnal pribadi
dan wawancara.Metode-metode tersebut dirancang untuk merangsang siswa untuk
merefleksikan mereka pikiran, perasaan, tindakan, dan nilai-nilai.
Namun demikian, sebagai sebuah
pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan klarifikasi nilai memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:
Kelebihan
Pendekatan Klarifikasi Nilai
a. pendekatan ini memberikan
penghargaan yang tinggi kepada siswa sebagai individu yang mempunyai hak
untuk memilih, menghargai, dan bertindak berdasarkan kepada nilainya
sendiri (Banks, 1985).
b. Metoda pengajarannya juga sangat
fleksibel, selama dipandang sesuai dengan rumusan proses menilai dan empat
garis panduan yang ditentukan.
Kekurangan
Pendekatan Klarifikasi Nilai
a. Pendekatan ini juga menampilkan
bias budaya barat.
b. Dalam pendekatan ini, kriteria
benar salah sangat relatif, karena sangat mementingkan nilai perseorangan.
c. Menurut Banks (1985),
pendidikan nilai menurut pendekatan ini tidak memiliki suatu tujuan
tertentu berkaitan dengan nilai. Sebab, bagi penganut pendekatan ini,
menentukan sejumlah nilai untuk siswa adalah tidak wajar dan tidak etis.
55.
Pendekatan
Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach).
Pendekatan pembelajaran berbuat (action
learning approach) memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara
perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok.
Ada dua tujuan utama dari pendidikan
moral berdasarkan kepada pendekatan ini.Pertama, memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perseorangan
maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri.Kedua,
mendorong peserta didik untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan
sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil
bagian dalam suatu proses demokrasi.
Metode-metode pengajaran yang
digunakan dalam pendekatan analisis nilai dan klarifikasi nilai digunakan juga
dalam pendekatan ini.
Namun demikian, sebagai sebuah
pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan pembelajaran berbuat memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:
Kelebihan
Pendekatan Pembelajaran Berbuat
program-program
yang disediakan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan demokrasi dimana kesempatan seperti
ini, menurut Hersh, et. al. (1980) kurang mendapat perhatian dalam
berbagai pendekatan lain.
Kelemahan
Pendekatan Pembelajaran Berbuat
Kelemahan
pendekatan ini menurut Elias (1989) sukar dijalankan. Menurut beliau,
sebahagian dari program-program yang dikembangkan oleh Newmann dapat
digunakan, namun secara keseluruhannya sukar dilaksanakan.
Dalam
pendekatan ini sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus melihat hampir
semua yang ada di lingkungan sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakter
siswanya sehingga segala aspek di dalamnya dijadikan peluang untuk pengembangan
karakter, baik itu di dalam kurikulum akademik formal maupun kegiatan
ekstra kurikuler. Nilai-nilai karakter di dalam proses pembelajaran juga
sengaja dimasukkan dan dirancang dengan matang sebagai bagian integral dalam
pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar