Cari Blog Ini

Rabu, 15 November 2017

Macam-macam Pendekatan Dalam Pendidikan Karakter

  Macam-macam Pendekatan Dalam Pendidikan Karakter

 
Dalam penjelasannya Lickona menulis:
 
“Schools committed to character development look at themselves through a character lens to assess how virtually everything that goes on in school affects the character of students. A comprehensive approach uses all aspects of schooling as opportunities for character development. This includes the formal academic curriculum and extracurricular activities, as well as what is sometimes called the hidden or informal curriculum (e.g., how school procedures reflect core values, how adults model good character, how the instructional process respects students, how student diversity is addressed, and how the discipline policy encourages student reflection and growth)”.
 
Douglas P Superka dengan lebih detail memberikan 5 pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan nilai dan karakter. Pendekatan tersebut adalah pendekatan penanaman nilai (inculcation approach), pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), pendekatan analisis nilai (values analysis approach), pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach), dan pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).
 
11.      Pendekatan Penanaman Nilai (Inculcation Approach)
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) merupakan pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam peserta didik.Tujuan dari pendekatan penanaman nilai adalah untuk menanamkan nilai-nilai tertentu yang diinginkan.Menurut pendekatan ini, nilai-nilai dipandang sebagai standar atau aturan perilaku yang bersumber dari masyarakat dan budaya. Menilai dianggap sebagai identifikasi proses dan sosialisasi dimana seseorang, kadang-kadang secara tidak sadar, mengambil standar atau norma-norma dari orang, kelompok, atau masyarakat lain dan menggabungkan mereka ke dalam sistem nilai sendiri.
Dalam pandangan ini tugas pendidikan nilai adalah untuk menanamkan nilai-nilai sehingga orang harus menempatkan dirinya secara efisien sesuai peran yang ditentukan oleh masyarakat.Lebih lanjut, pendekatan penanaman nilai ini sering diasumsikan sebagai pendekatan negatif.Namun pendekatan ini seringkali digunakan oleh banyak kalangan, termasuk di dalamnya kaum agamawan.
Sebagai contoh dari pendekatan ini, Superka mengemukakan seorang guru, misalnya, mungkin bereaksi sangat mendalam dan keras terhadap seorang mahasiswa yang baru saja mengucapkan hinaan yang bersifat rasial kepada siswa lain di kelas.
Hal ini bisa menjadi salah satu contoh bentuk pendidikan singkat tapi emosional pada kejahatan rasisme atau ekspresi sederhana kekecewaan dalam perilaku siswa. Bagaimanapun, guru dalam posisi ini sedang melakukan apa yang disebut dengan menanamkan. Mungkin ini karena ia percaya bahwa nilai-nilai abadi martabat manusia dan menghormati individu sangat penting untuk kelangsungan hidup masyarakat demokratis. Hal ini mencerminkan keyakinan luas bahwa, dalam rangka untuk memastikan kelangsungan budaya, nilai-nilai dasar tertentu harus ditanamkan dalam anggotanya.
Metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran menurut pendekatan ini antara lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.
Dari beberapa metode-metode di atas, menurut Superka, yang sering digunakan dan efektif adalah metode penguatan. Proses ini mungkin melibatkan penguatan positif, seperti guru memuji siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai tertentu. sedangkan penguatan negatif, dapat dilakukan guru dengan, misalnya, menghukum siswa yang berperilaku bertentangan dengan nilai tertentu yang diinginkan. Dalam banyak hal penguatan seringkali hanya tersenyum atau, cemberut akan cenderung memperkuat nilai-nilai tertentu. Namun penguatan tetap diterapkan secara sadar dan sistematis.
Metode lain yang dapat digunakan adalah metode teladan, yang dalam bahasa Superka disebut dengan metode modeling, di mana orang tertentu dijadikan model nilai-nilai yang diinginkan dimana guru mengaharapkan agar siswa dapat mengadopsi nilai-nilai tersebut.
Namun demikian, sebagai sebuah pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan penanaman nilai memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:
Kelebihan Pendekatan Penanaman Nilai
a.       pendekatan ini digunakan secara meluas dalam berbagai masyarakat.
b.       Para penganut agama memiliki kecenderungan yang kuat untuk menggunakan pendekatan ini dalam pelaksanaan program-program pendidikan agama.
Kekurangan Pendekatan Penanaman Nilai
a.       Pendekatan ini dipandang indoktrinatif, tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi.
b.      Pendekatan ini dinilai mengabaikan hak anak untuk memilih nilainya sendiri secara bebas.
 
22.      Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive Moral Development Approach)
Pendekatan ini seringkali disebut dengan pendekatan perkembangan kognitif karena karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya.Pendekatan ini merupakan upaya untuk merangsang siswa untuk mengembangkan pola penalaran moral yang lebih kompleks melalui tahap berturut-turut dan berurutan.
Tahap berurutan disini dimkasudkan sebagai tahapan perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari tingkat rendah menuju tingkatan yang lebih tinggi.
Pendekatan perkembangan moral kognitif ini didasarkan pada teori perkembangan moral. Di dalam teori yang dikemukakan oleh Kolhberg, bahwasanya perkembangan kognitif manusia terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu:
a.       Tingkat pra-konvensional
Pada tingkat ini aturan berisi ukuran moral yang dibuat berdasarkan otoritas.Anak tidak melanggar aturan moral karena takut ancaman atau hukuman dari otoritas.
Tingkat ini dibagi menjadi dua tahap.Pertama, tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman.Pada tahap ini anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan itu ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, atau kalau tidak, akan mendapat hukuman. Kedua, tahap relativistik hedonisme. Pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang berada di luar dirinya yang ditentukan orang lainyang memiliki otoritas. Anak mulai sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi yang bergantung pada kebutuhan (relativisme) dan kesenangan seseorang (hedonisme).
b.      Tingkat konvensional
Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama agar diterima dalam kelompoknya.Sikap diartikan tidak hanya sebatas kesesuaian dengan tatanan sosial, tetapi juga kesetiaan.Akibatnya individu secara aktif mempertahankan, mendukung dan dan mengidentifikasikan diri dengan orang atau kelompok di dalamnya.
Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap.Pertama,  tahap orientasi mengenai anak yang baik. Pada tahap ini anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan yang dapat  dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dikatakan baik dan benar apabila sikap dan perilakunya dapat diterima orang lain atau masyarakat. Kedua, tahap mempertahan-kan norma sosial dan otoritas. Pada tahap ini anak menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakat sekitarnya, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan dan norma/nilai sosial yang ada sebagai kewajiban dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan aturan yang ada.
c.       Tingkat post-konvensional
Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk mencapai definisi pribadi akan nilai-nilai moral untuk menentukan prinsip-prinsip yang memiliki validitas dan aplikasi terpisah dari otoritas kelompok dan terpisah dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok.
Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap.  Pertama,  tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat.Seseorang mentaati aturan sebagai kewajiban dan tanggung jawab dirinya dalam menjaga keserasian hidup bermasyarakat.Kedua, tahap universal. Pada tahap ini selain ada norma pribadi yang bersifat subjektif, ada juga norma etik (baik/buruk, benar/salah) yang bersifat universal sebagai sumber menentukan sesuatu perbuatan yang berhubungan dengan moralitas.
Pendekatan perkembangan kognitif sekilas dapat digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, karena pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek perkembangan kemampuan berpikir. Karena itu, pendekatan ini memberikan perhatian sepenuhnya kepada isu moral dan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pertentangan nilai tertentu dalam masyarakat dengan memperhatikan tingkat dan tahapan yang telah disebutkan.Penggunaannya dapat menghidupkan suasana kelas.
Metode yang dapat digunakan dalam pendekatan perkembangan kognitif ini adalah dengan menyajikan nilai cerita faktual yang kemudian dibahas dalam kelompok-kelompok kecil.Melalui bacaan singkat atau film, siswa disajikan dengan cerita yang melibatkan satu atau lebih karakter yang dihadapkan pada dilema moral.  Siswa diminta untuk menyatakan apa yang harus dilakukan oleh orang dalam cerita tersebut dan dengan memberikan alasan untuk jawaban tersebut, dan kemudian mendiskusikannya dengan orang lain. Penelitian Kohlberg menunjukkan bahwa mengekspos siswa untuk tingkat yang lebih tinggi dari penalaran melalui diskusi kelompok merangsang mereka untuk mencapai tahap berikutnya dari perkembangan moral.
Teori Kohlberg dinilai paling konsisten dengan teori ilmiah, peka untuk membedakan kemampuan dalam membuat pertimbangan moral, mendukung perkembangan moral, dan melebihi berbagai teori lain yang berdasarkan kepada hasil penelitian empiris.
Menurut Galbraith dan Jones terdapat tiga variabel penting di dalam diskusi kelompok berkaitan dengan permasalahan moral agar berjalan efektif, dan dengan demikian, terdapat peningkatan perkembangan moral pada siswa. Tiga variabel tersebut adalah:
1)       Cerita yang menyajikan konflik nyata pada seorang yang menjadi tokoh utama, termasuk sejumlah isu moral yang perlu dipertimbangkan, dan isu/permasalahan yang menghasilkan perbedaan pendapat antara siswa tentang respon yang tepat untuk situasi-situasi tersebut.
2)       Seorang pemimpin yang dapat membantu untuk memfokuskan pembahasan pada penalaran moral.
3)       Iklim kelas yang mendorong siswa untuk mengekspresikan penalaran moral mereka secara bebas.
Namun demikian, sebagai sebuah pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan perkembangan moral kognitif memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:
Kelebihan Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif
a.       Pendekatan perkembangan kognitif mudah digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, karena pendekatan ini memberikan penekanan pada aspek perkembangan kemampuan berpikir.
b.      Karena pendekatan ini memberikan perhatian sepenuhnya kepada isu moral dan penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pertentangan nilai tertentu dalam masyarakat, penggunaan pendekatan ini menjadi menarik.
c.       Penggunaannya dapat menghidupkan suasana kelas.
Kekurangan Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif
a.       pendekatan ini menampilkan bias budaya barat. Antara lain sangat menjunjung tinggi kebebasan pribadi yang berdasarkan filsafat liberal.
b.      pendekatan ini juga tidak mementingkan kriteria benar salah untuk suatu perbuatan. Yang dipentingkan adalah alasan yang dikemukakan atau pertimbangan moralnya.
 
33.      Pendekatan Analisis Nilai (Values Analysis Approach)
Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan peserta didik untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai- nilai sosial. Jika dibandingkan dengan pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan diantara keduanya adalah pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial.Adapun pendekatan perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilema moral yang bersifat perseorangan.
Berbeda dengan pendekatan perkembangan moral, analisis nilai berkonsentrasi terutama pada isu-isu nilai sosial daripada dilema moral pribadi. Karena itu, pendekatan analisis lebih memberikan pemahaman pada aspek nilai-nilai moral yang dapat diterapkan pada kehidupan sosial.
Ada dua tujuan utama pendidikan moral menurut pendekatan ini.Pertama, membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral tertentu.Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka.
Dasar filosofis pendekatan analisis adalah perpaduan dari pandangan rasionalis dan empiris dari sifat manusia. Menilai adalah proses kognitif menentukan dan membenarkan fakta-fakta.. Dengan demikian, proses valuing dapat dan seharusnya dilakukan berdasarkan fakta dan alasan, dan yang pertimbangan bukan berasal dari hati nurani, melainkan dengan aturan dan prosedur logika.
Metode yang paling sering digunakan dalam pendekatan analisis untuk menilai sebuah tindakan adalah metode belajar kelompok berdasarkan masalah dan isu-isu nilai sosial, studi kepustakaan dan penelitian lapangan, dan diskusi kelas rasional. Tahapan operasi intelektual yang sering digunakan dalam analisis nilai meliputi menyatakan masalah, mempertanyakan dan menguatkan dalam relevansi laporan, menerapkan kasus yang sama untuk memenuhi syarat dan memperbaiki posisi nilai, menunjukkan inkonsistensi logis dan empiris dalam argumen, dan pengujian bukti.
Namun demikian, sebagai sebuah pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan analisis nilai memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:
Kelebihan Pendekatan Analisis Nilai
a.    Mudah diaplikasikan dalam ruang kelas, karena penekanannya pada pengembangan kemampuan kognitif.
b.   Pendekatan ini menawarkan langkah-langkah yang sistematis dalam pelaksanaan proses pembelajaran moral.
Kekurangan Pendekatan Analisis Nilai
a.       Menurut Superka, dkk. (1976), pendekatan ini sangat menekankan aspek kognitif, dan sebaliknya mengabaikan aspek afektif serta perilaku.
c.       Menurut Ryan dan Lickona (1987), pendekatan ini sama dengan pendekatan perkembangan kognitif dan pendekatan klarifikasi nilai, sangat berat memberi penekanan pada proses, kurang mementingkan isi nilai.
 
44.      Pendekatan Klarifikasi Nilai (Values Clarification Approach)
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada usaha untuk membantu peserta didik dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, serta meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri dengan cara berpikir secara rasional dan juga menggunakan kesadaran emosional secara bersama-sama.
Adapun tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga, yaitu: Pertama, membantu peserta didik untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain. Kedua, membantu peserta didik agar mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilai yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupannya sendiri.Ketiga, membantu peserta didik, agar mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri.
Jadi, pendekatan klasifikasi nilai bisa memberikan wawasan yang lebih objektif bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan sosialnya sesuai dengan nilai- nilai moral yang berlaku untuk membentuk karakternya.
Pendekatan klarifikasi merupakan pendekatan yang lebih kompleks dari pendekatan pendidikan nilai-nilai lain sehingga terkadang menggunakan berbagai metode.Metode ini meliputi small group discussion dan large group discussion, kerja individu dan kelompok, mendengarkan lagu dan karya seni, permainan dan simulasi, serta jurnal pribadi dan wawancara.Metode-metode tersebut dirancang untuk merangsang siswa untuk merefleksikan mereka pikiran, perasaan, tindakan, dan nilai-nilai.
Namun demikian, sebagai sebuah pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan klarifikasi nilai memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:
Kelebihan Pendekatan Klarifikasi Nilai
a.       pendekatan ini memberikan penghargaan yang tinggi kepada siswa sebagai individu yang mempunyai hak untuk memilih, menghargai, dan bertindak berdasarkan kepada nilainya sendiri (Banks, 1985).
b.      Metoda pengajarannya juga sangat fleksibel, selama dipandang sesuai dengan rumusan proses menilai dan empat garis panduan yang ditentukan.
Kekurangan Pendekatan Klarifikasi Nilai
a.       Pendekatan ini juga menampilkan bias budaya barat.
b.      Dalam pendekatan ini, kriteria benar salah sangat relatif, karena sangat mementingkan nilai perseorangan.
c.       Menurut Banks (1985), pendidikan nilai menurut pendekatan ini tidak memiliki suatu tujuan tertentu berkaitan dengan nilai. Sebab, bagi penganut pendekatan ini, menentukan sejumlah nilai untuk siswa adalah tidak wajar dan tidak etis.
 
55.      Pendekatan Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach).
Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok.
Ada dua tujuan utama dari pendidikan moral berdasarkan kepada pendekatan ini.Pertama, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri.Kedua, mendorong peserta didik untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi.
Metode-metode pengajaran yang digunakan dalam pendekatan analisis nilai dan klarifikasi nilai digunakan juga dalam pendekatan ini.
Namun demikian, sebagai sebuah pendekatan dari proses pendidikan, pendekatan pembelajaran berbuat memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut antara lain:
Kelebihan Pendekatan Pembelajaran Berbuat
program-program yang disediakan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan demokrasi dimana kesempatan seperti ini, menurut Hersh, et. al. (1980) kurang mendapat perhatian dalam berbagai pendekatan lain.
Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Berbuat
Kelemahan pendekatan ini menurut Elias (1989) sukar dijalankan. Menurut beliau, sebahagian dari program-program yang dikembangkan oleh Newmann dapat digunakan, namun secara keseluruhannya sukar dilaksanakan.
Dalam pendekatan ini sekolah sebagai penyelenggara pendidikan harus melihat hampir semua yang ada di lingkungan sekolah akan mempengaruhi pembentukan karakter siswanya sehingga segala aspek di dalamnya dijadikan peluang untuk pengembangan karakter, baik itu di dalam kurikulum akademik formal  maupun kegiatan ekstra kurikuler. Nilai-nilai karakter di dalam proses pembelajaran juga sengaja dimasukkan dan dirancang dengan matang sebagai bagian integral dalam pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar