Pijakan
utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam menerapkan pendidikan
karakter ialah nilai moral universal yang dapat digali dari agama. Meskipun demikian, ada beberapa nilai
karakter dasar yang disepakati oleh para pakar untuk diajarkan kepada peserta didik. Yakni rasa cinta kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaany-Nya, tanggung jawab, jujur, hormat dan santun,
kasih sayang, peduli, mampu bekerjasama, percaya diri, kreatif,mau bekerja
keras, pantang menyerah, adil, serta memiliki sikap kepemimpinan, baik, rendah
hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan. Dengan ungkapan lain dalam
upaya menerapkan pendidikan karakter guru harus berusaha menumbuhkan
nilai-nilai tersebut melalui spirit keteladanan yang nyata, bukan sekedar
pengajaran dan wacana.
Beberapa
pendapat lain menyatakan bahwa nilai-nilai karakter dasar yang harus diajarkan
kepada peserta didik sejak dini adalah sifat dapat dipercaya, rasa hormat dan
perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab, ketulusan, berani, tekun, disiplin,
visioner, adil dan punya integritas.
Oleh
karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah hendaknya
berpijak pada nilai-nilai karakter tersebut, yang selanjutnya dikembangkan
menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau tinggi (yang bersifat tidak absolute
atau relative), yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah
itu sendiri.
Pembentukan
karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting),
dan kebiasaan (habit). Karakter tidak
terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan
belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuaanya., jika tidak
terlatih(menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut, karakter juga
menjangkau wilayah emosi dan kebiasan diri.[11]
Dengan demikian diperlukan tiga komponen yang baik (component og good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan
(penguatan emosi) tentang moral, dan moral action, atau perbuatan bermoral. Hal
ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat
dalam system pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan,
menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan.
Dimensi-dimensi
yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah
kesadaran moral ( moral awareness),
pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing
moral values), penentuan sudut pandang (perspective
taking), logika moral ( moral
reasoning), keberanian mengambil sikap (decision
making), dan pengenalan diri ( self
knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik
untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk
sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri ( Conscience), percaya diri (self asteem), kepekaan terhadap derita
orang lain (empathy), kerendahan hati
(humility), cinta kebenaran (Loving the good), pengendalian diri (self control). Moral action merupakan
perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa
yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act Morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu
kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Pengembangan
karakter dalam suatu system pendidikan adalah keterkaitan antara
komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat
dilakukan atau bertindakn secara bertahap dan saling berhubungan antara
pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk
melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa
dan Negara serta dunia internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar