Peran keluarga dalam Pembentukan karakter Anak
Keluarga adalah faktor
penting dalam pendidikan seorang anak. Karakter seorang anak berasal
dari keluarga. Dimana sebagian sampai usia 18 tahun anak-anak di
Indonesia menghabiskan waktunya 60-80 % bersama keluarga. Sampai usia 18
tahun, mereka masih membutuhkan orangtua dan kehangatan dalam keluarga.
Sukses seorang anak tidak lepas dari “kehangatan dalam keluarga”..
Perkembangan
otak di masa anak-anak berjalan sangat efektif. Pada masa ini bakat
serta potensi akademis dan nonakademis anak bermunculan dan sangat
potensial. Usia
anak dari umur satu sampai tiga tahun adalah masa paling penting bagi
tumbuh kembang mereka. Indikator tumbuh kembang anak tidak hanya diukur
dari pertumbuhan fisik, namun juga perkembangan otak yang dapat dilihat
dari responnya terhadap lingkungan.
Untuk melihat kecerdasan otak seorang anak, orang tua perlu memahami perubahan apa saja yang penting bagi anak. Jika orang tua tidak tanggap dengan perkembangan anak, masalah akan datang saat anak sudah dewasa nanti.
Untuk melihat kecerdasan otak seorang anak, orang tua perlu memahami perubahan apa saja yang penting bagi anak. Jika orang tua tidak tanggap dengan perkembangan anak, masalah akan datang saat anak sudah dewasa nanti.
Pada otak anak
usia 3 tahun, terbentuk milyaran sel disebut neuron, yang mengirim dan
menerima informasi. Lima tahun ke depan adalah mengelola neuron ini jadi
jaringan sambungan berkecepatan tinggi yang mengontrol emosi, pikiran,
dan gerakan. Pengelolaan seperti ini butuh banyak upaya: Dari usia tiga
sampai sembilan tahun, otak menggunakan lebih banyak energi dibanding
kurun waktu lain dalam hidup.Pendeskripsian otak anak seperti ‘plastik’. Artinya, otak sangat elastis alias luwes dalam perubahan, dan pengalaman secara
fisik mengubah, atau mengarahkan, perkembangan sambungan antara bagian
otak yang berbeda. Sambungan yang paling sering digunakan, seperti yang
membuat anak
berjalan dan berbicara, meluas dan menguat. Sementara itu, perubahan
fisik lain terjadi sehingga pesan-pesan dalam otak yang dikirimkan makin
cepat sampai dan lebih efisien. Untuk mengetahui sambungan otak sudah
mulai terbentuk adalah anak-anak mulai bertanya hal-hal baru dan
menggunakan kata-kata baru.
Pada
usia dua sampai tiga tahun, ada peningkatan aktivitas pada dua area
utama otak, yaitu memroses bahasa, hal ini terbukti dari meningkatnya
secara drastis kosa kata anak prasekolah, mulai dari sekitar 900 kata sampai 2.500-3.000 kata sebelum mencapai umur lima tahun.Tiap anak
akan mengembangkan keunikan otak masing-masing. Semua jenis
keterampilan (bermain musik atau olahraga), dan juga setiap pikiran,
perasaan, dan pengalaman akan berinteraksi dengan bekal genetis yang
dimiliki dan menciptakan jaringan otak tersendiri.
Karakter seorang anak terbentuk terutama pada saat anak
berusia 3 hingga 10 tahun. Adalah tugas kita sebagai orang tua untuk
menentukan input seperti apa yang masuk ke dalam pikirannya, sehingga
bisa membentuk karakter anak yang berkualitas. Karakter adalah sesuatu yang dibentuk, dikonstruksi, seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya seorang anak.
Anak
itu ibarat kanvas putih bersih. Diberi goresan hitam, ia akan menjadi
hitam. Diberi goresan kuning, ia akan menjadi kuning. Atau yang lebih
tepat, anak itu ibarat lempung. Dan kita, orang-orang dewasa di
sekitarnya, adalah yang membentuk lempung itu. Akan berbentuk apa
lempung itu, hal itu tergantung pada orangtua yang membentuknya. Ini
berkaitan dengan bagaimana dan cara yang harus dilakukan agar anak didik
dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi dapat menginternalisasi,
menjalankan, dan terus menjadikan pegangan dalam kehidupan. Ada 18
karakter yang dapat ditanamkan dalam kehidupan anak-anak. Diantaranya;
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Pendidikan agama juga sangat
penting dalam lingkungan pendidikan seorang anak. Pendidikan agama
dapat berfungsi sebagai kontrol internal pada diri sang anak.
Lingkungan keluarga harus bisa
memberikan contoh perilaku yang baik kepada sang anak. Ubah lingkungan
di mana sang anak itu tumbuh jadi lingkungan yang memberi teladan baik.
Tempatkan ia dalam lingkungan yang memunculkan sifat-sifat baik dalam
dirinya. Lingkungan inilah yang terutama membentuk lempung (anak) itu.
Membangun karakter diperlukan juga semacam reward and punishment
untuk sang anak, terutama di sekolah. Jika ia berlaku baik, beri
semacam “hadiah” apa pun bentuknya, entah itu pujian atau apa pun. Jika
ia berlaku buruk, beri juga ia hukuman. Lingkungan dan reward and punishment ini nantinya akan menjadi semacam kontrol eksternal (sosial) pada diri sang anak, yang lazimnya jauh lebih efektif ketimbang sekadar kontrol internal dalam membentuk karakter baik anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar