Pendidikan Karakter dalam Shalat
Shalat dan Pembentukan Karakter
“Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat!” (Al Hadits)Ini mengisaratkan bahwa shalat bisa merubah perilaku tidak baik menjadi baik. Shalat itu bisa mendidik diri menjadi manusia berkarakter baik. Shalat itu bisa memperbaiki akhlak (budi pekerti). Sebagaimana fungsi risalah nabi saw,”Sesungguhnya aku diutus ke dunia ini untuk memperbaiki/menyempurnakan akhlak manusia”.
Bila merujuk kepada Al –Qur’an, ” sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar”. (QS. Al Ankabut:...).
Pantas jika disebutkan bahwa amal yang pertama dijadikan standar perhitungan baik buruk manusia di hadapan Allah kelak adalah Shalat. Siapa yang shalatnya baik (sempurna) maka pasti baik pula amal perbuatan (perilaku) lainnya, jika rusak shalatnya maka rusak pula amal perbuatan lainnya.
Lalu shalat yang seperti apa yang berkualitas sehingga memunculkan karakter baik tersebut di atas. Tak lain adalah shalat yang didasari kesadaran pada makna dan fungsi shalat itu sendiri. Shalat yang disadari sebagai wasilah, hubungan komunikasi seorang hamba/manusia dengan sang penciptanya (Allah). Shalat yang Menunjukan adanya rasa tanggungjawab dan syukur terhadap yang menciptakan. Hakikatnya shalat itu bukan untuk sang pencipta, karena Tuhan Maha memiliki segalanya, maha Kaya. Dia tidak butuh dengan shalat kita, tetapi sesungguhnya yang butuh adalah diri kita sendiri. Manusia lah yang butuh shalat. Karena itu shalat dalam sehari semalam minimal dilakukan 5 kali. Ini melatih kebiasaan. Mengatur waktu, disiplin. Dan juga mengatur tempo irama aktivitas kehidupan. Sehingga terjadi keseimbangan antara daya pikir, zikir, dan pola hidup bersosial.
Shalat yang didasari kesadaran demikian akan memunculkan karakter antara lain: (1) tawadhu (rendah hati), karena menyadari bahwa dirinya yang lemah serba butuh kepada sang pencipta. Bukan sekedar kewajiban tapi sudah jadi kebutuhan.
(2) menghapus sikap sombong. Dengan lantunan Allahu Akbar (takbir) itu melatih jiwa supaya mengakui bahwa tak ada kesombongan diantara sesama manusia (makhluk), karena yang patut sombong hanya pencipta yang maha agung.
(3) disiplin, dalam manajemen waktu.
(4) sehat lahir (bersih) dan batin, menghapus niat jahat/hasud pada sesama.
(5) sikap hidup hati-hati terhadap orang lain, merasa diri ditatap terus oleh Allah
(6) ucapan pun terjaga sehingga tak menyakiti hati orang, karena yakin bisikan hati pun didengar Allah.
(7) introspeksi, mengakui kelemahan diri dihadapan Allah. Sehingga mengagungkan-Nya tanpa merasa diri angkuh.
(8) ada sugesti dan affirmasi. Melatih diri kuat dalam pikiran dan jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar